Masalah Fiqih

 PROBLEMATIKA HAID
Oleh : Ust. Nur Salim Habibi
Penulis : Jabar Khorudin As-Syafi'i
Disampaikan Pada Waktu seminar di Pondok Pesantren Sabilul Hasanah

HUKUM MEMPELAJARI HAID
Mempelajari haid hukumnya adalah fardhu’ain, bagi setiap wanita yang sudah baligh. Artinya bagi setiap wanita diharuskan mempelajari haid, sehingga mereka harus keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu haid. Dan bagi orang tua atau suami tidak berhak melarang, kecuali apabila mereka mampu untuk mengajarinya.
Sedangkan bagi kaum laki-laki hukum mempelajari haid adalah fardhu kifayah, artinya apabila sebagian dari mereka sudah ada yang memahami ilmu haidh maka bagi yang lain tidak diharuskan belajar.
PENGERTIAN HAID
Haid adalah darah yan keluar dari kemaluan seorang wanita ketika usia 9 tahun hijriyyah kurang 16 hari kurang sedikit (tidak genap 16 hari) tidak disebabkan sakit atau melahirkan.
Sehingga apabila darah itu keluar sebelum wanita sampai pada usia tersebut, maka tidak disebut darah haid. Begitu juga apabila keluarnya disebabkan penyakit atau melahirkan.
Sedangkan apabila seorang wanita mengeluarkan darah yang sebagian masuk pada usia haid dan yang sebagian belum, maka yang dihukumi haid adalah darah yang keluarnya sudah masuk pada usia haid.
SYARAT-SYARAT DARAH HAID
Darah yang keluar dari kemaluan wanita bisa disebut darah haid ity harus memenuhi 4 syarat :
1. Keluar dari wanita yang sudah berusia 9 tahun qomariyyah kurang 16 hari kurang sedikit (tidak genap 16 hari)
2. Darah yang keluar minimal sehari semalam (24 jam) walaun terputus-putus, selama masih dalam masa 15 hari.
3. Darah yang keluar tidak melebihi 15 hari 15 malam (maksimalnya haid)
4. Keluar setelah masa minimal/paling sedikitnya suci (15 hari 15 malam)
Dengan demikian wanita yang mengeluarkan darah, tetapi tidak sesuai dengan ketentuan diatas, maka disebut darah istihadhah/fasad.
BATASAN DARAH HAID
Paling sedikitnya haid sehari semalam (24 jam). Umumnya wanita mengeluarkan darah haid 6-7 hari, sedangkan maksimal 15 hari 15 malam.
Apabila masa keluarnya darah diragukan, apakah mencapai 24 jam atau belum, maka hukumnya menurut Imam Ibnu Hajar di hukumi darah istihadloh dan menurut Imam Romli darah haid.
Selama darah keluar masih dalam batasan 15 hari, maka sifasifat darah tidak mempengaruhi, sehingga semua darah yang keluar dihukumi haid.
Sedangkan masa suci yang memisah haid pertama dengan haid yang kedua minimal 15 hari 15 malam, apabila masa suci yang memisah kurang dari 15 hari, maka di perinci sebagaimana berikut.
a. Jika masa keluarnya darah pertama, masa pemisah dan masa keluarnya darah kedua, masih dalam batasan 15 hari, maka semuanya dihukumi haid. Baik pada waktu kelaur darah pertama ke duan dan pada masa suci.
Contoh :
- Keluar darah 5 hari
- Berhenti 3 hari
- Kelaur lagi 5 hari
Maka 13 hari tersebut semuanya dihukumi haid.
Namun menurut pendapat muqobilul mu’tamatd, pada masa berhenti dihukumi suci, sehingga sholat, puasa yang dia lakukan dianggap sah. Tapi dalam permasalahan tolaq dan ‘iddah, semua sepakat menggunakan pendapat yang pertama (dihukumi haid).
b. Jika masa keluarnya darah yang pertama ditambah masa suci jumlahnya mencapai 15 hari atau lebih, sedangkan masa keluarnya darah yang kedua ditambah masa suci jumlahnya genap 15 hari atau kurang, maka hukumnya diperinci sebagaimana berikut :
· Darah pertama dihukumi haid
· Darah kedua dihukumi istihadloh
Contoh :
- Keluar darah 7 hari
- Berhenti 10 hari
- Keluar lagi 4 hari
Maka tujuh hari dihukumi haid, 10 hari suci dan empat hari istihadloh.
c. Apabila kelaurnya darah yang kedua diluar 15 hari dari permulaan haid, sementara jumlah masa pemisah ditambah darah kedua, genap 15 hari atau kurang, maka darah yang kedua dihukumi istihadloh.
Contoh :
- Keluar darah pertama 3 hari
- Berhenti 13 hari
- Keluar darah kedua 2 hari
Maka 3 hari pertama haid, 13 hari dihukumi suci, 2 hari dihukumi istihadloh.
d. Dan apabila kelaurnya darah kedua ditambah masa suci melebihi 15 hari, maka hukumnya adalah : darah yang pertama haid, darah kedua yang menjadi penyempurna genapnya masa suci dihukumi istihadloh, sedangkan darah kedua selain yang menjadi penyempurna masa suci hukumnya adalah :
· Jika mencapai sehari semalam (24 jam) dihukumi haid
· Jika tidak, maka dihukumi istihadloh
Contoh :
- Keluar darah pertama 10 hari
- Berhenti 7 hari
- Kelaur darah kedua 10 hari
Maka 10 hari pertama dihukumi haid, 7 hari dihukumi suci, 8 hari dari keluarnya darah kedua dihukumi istihadloh (karena untuk menyempurnakan masa suci), 2 hari terakhir dihukumi haid.
e. Jika sisa darah kedua melebihi 15 hari (masa maksimalnya haid), maka perempuan ini tergolong mustahadloh yang hukumnya akan dijelaskan lebih lanjut.
Contoh :
- Keluar pertama 10 hari
- Berhenti 14 hari
- Kelaur darah kedua 20 hari
Maka 10 hari pertama dihukumi haid, 14 hari dihukumi suci, 1 hari dari keluarnya darah kedua dihukumi istihadloh (tetap dihukumi suci karena untuk mnyempurnakan masa suci), sedangkan yang 19 hari dari keluarnya darah kedua, hukumnya sebagai berikut (tergolong mustahadloh) :
þ Jika dia belum punya pengadatan haid/wanita yang baru pertama kali mengeluarkan darah, dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan darah lemah, maka dari 19 hari tersebut yang dihukumi haid hanya sehari semalam.
þ Dan apabila dia sudah mempunyai pengadatan haid (pernah haid), dihukumi haid disamakan dengan haid sebelumnya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam bab mustahadloh.
f. Jika kelaurnya darah kedua masih dalam 15 haru dihitung dari keluarnya darah pertama, kemudian darah kedua tersebut keluar sampai melebihi 15 hari dari kelaurnya darah pertama, maka menurut pendapat yang shoheh wanita ini tergolong mustahadloh, yang hukumnya akan dijelaskan lebih lanjut.
Contoh :
Keluar darah pertama ................ 5 hari
Berhenti .................................... 7 hari
Keluar darah kedua ................... 6 hari
Keterangan :
Darah dianggap berhenti apabila tidak ada lagi bekas darah ketika memasukkan kapas pada lubang vagina bagian luar.
NIFAS
Nifas adalah darah yang kelaur dari kemaluan perempuan setelah melahirkan yang tidak dipisah dengan masa suci 15 hari atau lebih. Minimal masa nifas adalah : kelaurnya darah dari mulut vagina, walaupun hanya sedikit (setetes). Umumnya 40 hari dan maksimal 60 hari.
Dengan demikian apabila seorang perempuan setelah melahirkan mengeluarkan darah dengan terputus-putus, namun putusnya (berhenti) tidak mencapai 15 hari dan masih dalam batas 60 hari, maka semuanya dihukumi nifas, baik masa keluarnya darah maupun masa berhenti. Dan apabila terputusnya (berhentinya) mencapai 15 hari, maka darah pertama dihukumi nifas, masa berhenti dihukumi suci, darah kedua dihukumi haid, apabila memenuhi syarat-syarat haid.
BILA DARAH BERHENTI
Jika seorang yang mengalami haid, darahnya telah benrhenti, maka :
a. Ia diharuskan untuk mandi, sholat, puasa dan melakukan rutinitas ibadah yang lain. Namun apabila darah yang keluar belum genap 24 jam, maka dia cukup membasuh vaginanya dan wudlu.
b. Bila sebelum mandi angin makan, minum atau tidur, maka disunnahkan membersihkan vaginanya kemudian berwudlu dengan niat sebagai berikut :
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ الْمَسْنُوْ نَ لِلَّهِ تَعَا لَى
c. Sebelum mandi semua hal-hal yang diharamkan ketika haid, masih tetap berlaku kecuali tholaq, berjalan dalam masjid, thoharoh dan puasa, dengan demikian sebelum wanita mandi boleh berniat puasa.
HAL-HAL YANG DIHARAMKAN KETIKA HAID DAN NIFAS
1. Shalat
2. Sujud
3. Thowaf
4. I’tikaf atau berdiam di dalam masjid
5. Lewat didalam masjid, apabila khawatir darahnya menetes pada masjid
6. Membaca dan menyentuh al-qur’an, serta menulis al-qur’an menurut sebagian ulama
7. Puasa
8. Bersuci dari hadats atau karena ibadah, seperti mandi jum’ah. Sedangkan mandi hari raya, mandi haji atau mandi karena untuk berkumpul dengan orang banyak, maka hukumnya tidak haram
9. Di cerai
10. Bersetubuh atau bersentuhan kulit pada anggota tubuh mulai lutut sampai pusar.
MANDI
Fardlunya mandi ada 3
1. Niat
2. Menghilangkan najis yang ada pada anggota tubuh badan
3. Meratakan air keseluruh badan, mulai ujung rambut sampai ujung kaki, termasuk lipatannya daun telinga. Sesuatu yang nampak dari kemaluan wanita janda yang duduk jongkok, dan dubur (bol)nya orang yang sakit ambeyen. Disamping itu semua air yang digunakan haruslah air yang suci dan mensucikan. Dan juga pada anggota tubuh tidak ada sesuatu yang menghalangi sampainya air seperti tipe-x, karet, cat. Begitu juga kotoran mata (ketek, Jawa) dan kotoran yang ada dibawah kuku.
Keterangan :
1. Hukum muwalah (terus menerus) membasuh satu anggota ke anggota yang lain hanyalah sunnah. Dengan demikian boleh membasuh sebagian anggota tubuh, sedangkan sisanya dibasuh kemudian, dan niatnya dicukupkan pada basuhan pertama.
2. Dalam mandi, air harus sampai mengalir, sehingga tidak dianggap cukup dengan hanya mengusapkan air pada anggota tubuh
3. Rambut atau kuku yang rontok ketika masih masa haid atau nifas, tidak diharuskan dibasuh, hanya saja bagi orang yang haid, nifas atau junub hendaknya tidak memotong rambut dan kuku sebelum mandi, sebab barang tersebut kelak dapat dikembalikan kepadanya dalam keadaan junub (bagi orang yang gegabah).
SHALAT YANG DI QODHO
Apabila datangnya haid atau nifas setelah masuknya waktu shalat yang sekira cukup untuk melakukan sholat, maka sholat tersebut harus di qodho, kecuali bagi orang yang selalu hadats (beser), maka syaratnya waktu tersebut kiranya cukup digunakan bersuci dan sholat.
Sedangkan untuk berhentinya haid dan nifas, maka qodho’ sholatnya sebagai berikut :
a. Apabila berhenti masih dalam waktu sholat yang sekiranya cukup digunakan mengucapkan lafadz “Allahu Akbar” (takbiratul Ihrom), maka sholat yang harus diqodho’ adalah sholat pada waktu berhentinya haid dan sholat sebelumnya apabila bisa di jama’.
Contoh :
Berhenti haid pada waktu ashar tinggal lima detik lagi (waktu yang cukup untuk takbirtaul ihrom), maka sholat yang di qodho adalah sholat dzuhur dan ashar.
b. Apabila berhentinya pada waktu sholat yang tidak bisa dijama’ dengan sholat sebelumnya, maka yang diqodho’ hanya sholat waktu berhentinya haid tersebut.
Contoh :
Haid berhemti pada waktu subuh tinggal lima detik lagi, maka yang diqodho hanya sholat subuh.
Keterangan.
1. Sholat yang bisa di jama’ adalah sholat dzuhur dan ashar, begitu juga sholat maghrib dan isya’.
2. Apabila ketika masih cukup berhentinya haid, waktu sholat masih cukup untuk digunakan bersuci dan sholat, maka sholatnya di qodho (harus ada’)
ISTIHADLOH
Istihadloh adalah darah yang kelaur dari kemaluan seorang wanita terus menerus atau terputus-putus yang melebihi 15 hari, dan wanita yang mengeluarkan darah tersebut dihukumi Daimul hadats (orang yang selalu hadats), sehingga wanita tersebut boleh disetubuhi, namun wajib berpuasa dan sholat, dengan cara membersihkan najis disekitar kemaluan, kemudian menyumbatnya dengan kapas sampai sampai masuk kedalam vagina yang tidak wajib dibasuh ketika istinjak, kecuali dia sedang, cukup bagian luar saja) atau dia merasa sakit.
Apabila sudah sesuai dengan ketentuan di atas, maka sudah dianggap cukup, walaupun ada darah yang masih kelaur, kemudian segera wudlu dengan niat :
Dan setelah itu harus segera melaksanakan sholat, artinya tidak diperbolehkan menunda sholat, kecuali untuk kemaslahatan sholat, seperti karena menunggu jama’ah.
Masalah istihadloh erat kaitannya dengan kuat dan lemahnya darah, yang dipengaruhi oleh warna dan sifat-sifat darah.
· Warna darah sesuai dengan urutan yang paling kuat :
a. Hitam
b. Merah
c. Merah agak kuning
d. Kuning
e. keruh
· Sifat-sifat darah
a. Kental, cair
b. Berbau, tidak berbau
Apabila masing-amsing darah mempunyai warna dan sifat sama-sama kuat, maka yang dihukumi darah kuat, adalah darah yang lebih banyak ciri-ciri yang mengarah pada darah kuat.
Contoh :
Darah hitam , kental, berbau, lebih kuta, dibanding darah hitam, kental tidak berbau.
Keterangan :
Bagi orang yang istihadloh, harus berwudlu setiap hendak melaksanakan sholat fardlu (satu wadlu untuk satu fardlu), walaupun dia belum batal. Sedangkan untuk sumbat, tidak harus diganti kecuali sumbat itu bergeser dari tempat semula atau nampak darah disekitar sumbat tersebut. Apabila hal ini terjadi, maka wajib membasuh kemaluannya dan meyumbat kembali dengan kapas.
MUSTAHADLOH
Ornag yang istihadloh ada 7 macam:
1. Wanita yang baru pertama kali haid serta dia bisa membedakan darah kuat dan darah lemah (mumayyizah).
Golongan ini harus memenuhi 4 syarat ;
1. Darah kuat tidak kurang sehari semalam (24 jam).
2. Darah kuat tidak melebihi 15 hari
3. Darah lemah tidak kurang 15 hari
4. Darah kuat dan lemah tidak silih berganti (selang-seling).
Sedangkan mustahadloh (orang yang istihadloh) yang baru pertama kali haid, atau yang sudah terbiasa haid, apabila dia bisa membedakan kuat dan lemahnya darah, maka:
- Darah kuat dihukumi haid
- Darah lemah dihukumi haid
Sedangkan apabila darah itu ada yang kuat, ada yang lemah, dan ada yang sangat lemah, maka darah yang kuat (haid) dengan syarat :
1. Darah kuat keluar terlebih dahulu
2. Darah kuat dan lemah keluarnya secara beruntut (muttashil)
3. Darah kuat dan lemah, patut dihukumi haid (tidak melebihi 15 hari)
Dan apabila tidak memenuhi 3 syarat di atas, maka yang dihukumi haid hanya darah yang kuat saja
Contoh :
- Keluar darah kuat 3 hari
- Keluar darah lemah 20 hari
Maka, 3 hari haid 20 hari istihadloh, namun untuk mandinya pada bulan pertama harus menunggu 15 hari. Kemudian bulan berikutnya dia wajib mandi di saat darah kuat berubah menjadi darah lemah.
2. Wanita yag baru pertama kali haid.
Mengeluarkan darah melebihi 15 hari, dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan darah lemah, atau bisa namun tidak memenuhi syarat-syarat yang ada pada golongan pertama, maka yang dihukumi haid hanya sehari semalam awal. Dua puluh sembilan hari berikutnya dihukumi istihadloh.
Contoh:
Megeluarkan darah 30 hari, darah kuat 10 jam, sisanya darah lemah, maka yang dihukumi haid hanya sehari semalam awal.
Sedangkan golongan kedua ini mandinya untuk bulan pertama harus menunggu 15 hari 15 malam, untuk bulan-bulan selanjutnya tidak menunggu 15 hari, tapi begitu darah keluar sudah genap 24 jam, dia wajib mandi.
3. Wanita yang sudah pernah haid, kemudian mengalami istihadloh, serta dia bisa membedakan darah kuat dan lemah, maka darah kuatdihukumi haid, dan darah lemah dihukumi istihadloh. Kecuali apabila antara kebiasaan haidnya (adat) masa yang sesuai dengan adat dihukumi haid, begitu juga darah kuatnya. Sedangkan darah lemah yang memisahkan di antara keduanya, dihukumi istihadloh (masa suci).
Contoh :
Wanita mempunyai adat haid 6 hari, kemudian mengeluarkan darah selama 28 hari, darah lemah 25 hari, darah kuat 3 hari, maka 6 hari awal dihukumi haid, karena disamakan dengan adat sebelumnya, begitu juga 3 hari akhir. Sedangkan yang 19 hari pemisah dihukumi istihadloh (masa suci).
4. Wanita yang sudah pernah haid, kemudian mengalami istihadloh, namun dia tidak bisa membedakan darah kuat dan lemah, atau bisa membedaka, tapi tidak memenuhi 4 syarat yang terdapat pada golongan pertama. Dan dia masih ingat kebiasaan lama dan mulainya haid yang pernah dia alami. Maka haid dan sucinya disamakan dengan adat haid dan suci sebelumnya.
Sedangkan ketentuan adat yang dijadikan standar sebagai berikut :
a. Apabila adat haid dan suci tidak berubah-ubah, maka haid dan sucinya disamakan dengan adat sebelumnya.
Contoh :
Bulan pertama haid 7 hari kemudian mengalami istihadloh 3 bulan, dengan ketentuan di atas, maka 7 hari awal dari tiap-tiap bulan dihukumi haid, dan sisanya istihadloh.
b. Apabila adat haid dan sucinya berubah-ubah secara runtut, sampai 2 putaran, maka haid dan sucinya disamakan dengan adat sebelumnya, sesuai dengan urutan putarannya.
Contoh :
Bulan I : haid 6 hari
Bulan II : haid 7 hari
Bulan III : haid 6 hari
Bulan IV : haid 7 hari
Kemudian bulan 5-8 istihadloh, maka haidnya :
Bulan V : haid 7 hari
Bulan VI : haid 6 hari
Bulan VII : haid 6 hari
Bulan VIII : haid 7 hari
c. Apabila adatnya mencapai dua putaran, tapi tidak berurutan, maka haidnya disamakan dengan adat bulan sebelumnya istihadloh.
Contoh :
Bulan I : haid 7 hari
Bulan II : haid 6 hari
Bulan III : haid 6 hari
Bulan IV : haid 7 hari
Kemudian istihadloh berbulan-bulan, maka haid untuk tiap bulannya 7 hari.
d. Apabila adatnya tidak mencapai dua putaran, maka haidnya disamakan dengan bulan sebelumnya istihadlloh.
Contoh :
Bulan I : haid 7 hari
Bulan II : haid 6 hari
Kemudian mengalami istihadloh, maka haidnya 6 hari tiap-tiap bulan.
e. Apabila adatnya tidak mencapai dua putaran dan dia lupa masa haid yang terakhir, namun dia masih ingat jumlah hari haid bulan-bulan sebelumnya, maka dia diwajibkan mandi pada hari-hari yang dimungkinkan suci.
Contoh :
Bulan I : haid 6 hari
Bulan II : haid 7 hari
Bulan III : haid 8 hari
Kemudian istihadloh, berbulan-bulan, dan dia lupa jumlah hari haid pada bulan terakhir, yang dia ingat hanya jumlah hari-harinya, tanpa tahu persis bulan yang terakhir, maka setiap bulannya dia harus mandi di akhir hari ke 6, di akhir hari ke 7 dan akhir hari ke 8. Diantara mandi pertama dan kedua dia harus sholat, tapi tidak oleh melakukan sentuhan kulit pada anggota badan antara pusar sapai lutut.
5. Wanita yang sudah pernah haid, kemudian mengalami istihadloh, dia tidak bisa membedakan darah kuat dan lemah, atau tidak memenuhi 4 syarat pada golongan pertama , dia juga lupa kebiasaan dan mulainya haid yang pernah dia alami, maka dihukumi seperti orang haid (diharamkan) dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Bersentuhan kulit antara pusar sampai lutut. Menurut satu pendapat boleh bersetubuh kalau ada dlorurot.
2. Menyentuh dan membaca Al-Qur’an di luar sholat.
3. Masuk masjid, baik berdiam atau sekedar lewat, apabila khawatir darahnya menetes.
Dan dia dihukumi seperti orang yang suci (boleh) dalam hal :
1. Sholat, thowaf dan i’tikaf
2. Berpuasa
3. Tholaq
4. Mandi
Dan dia harus mandi tiap-tiap akan melaksanakan sholat setelah masuknya waktu, kalau memang dia tidak ingat waktu sucinya sama sekali. Dan apabila dia ingat, dia wajib mandi. Disamping beberapa syarat yang terdapat pada mustahadloh.
6. Wanita yang sudah pernah haid, kemudian dia mengalami istihadloh, serta dia tidak bisamembedakan darah kuat dan lemah, atau bisa tapi tidak memenuhi 4 syarat awal. Dan dia masih bisa mengingat kebiasaan lama masa haid, namun lupa kapan mulainya, maka ketentuannya sebagai berikut :
Hari yang diyakini haid dihukumi seperti orang yang haid, yang diyakini suci dihukumi seperti orang yang suci, dan hari-hari yang dimungkinkan suci dan mungkin haid, maka hukumnya disamakan dengan golongan yang kelima.
Contoh :
Wanita sudah pernah haid, kemudian mengeluarkan darah lebih 15 hari, ia masih ingat masa haid sebelumnya selama 5 hari dalam 10 hari awal bulan. Namun dia lupa kapan persisnya tanggal mulai haid, dan dia hanya ingat kalau pada tanggal 1 suci, maka :
- Tanggal 1 dihukumi yaqin suci
- Tanggal 2 sampai 5, mungkin haid mungkin suci
- Tanggal 6, yaqin haid
- Tanggal 7 sampai 10, mungkin haid mungkin suci, dan mungkin mulai putusnya haid
- Tanggal 11 sampai akhir bulan yqin suci.
7. Wanita yang sudah pernah haid, kemudian megalami istihadloh, dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan lemah, atau bisa tapi tidak memenuhi 4 syarat yang telah disebutkan, serta dia ingat kebiasaan waktu mulainya haid, tapi dia lupa lamanya haid, maka hukumnya sama dengan golongan nomor 6 (hari yang diyakini haid hukumnya haid, dan hari yang diyakini suci, dihukumi suci, hari yang mungkin haid dan mungkin suci, hukumnya sebagaimana mustahadloh nomor 5).
Contoh :
Wanita sudah pernah haid, kemudian istihadloh, dan dia ingat kalau tanggal 5 mulai haid, namun dia tidak ingat sampai kapan haid itu berhenti, maka :
- Tanggal 5 yakin haid
- Tanggal 6 sampai 19, mungkin haid mungkin suci dan mungkin putusnya haid
- Tanggal 20 sampai 4 pada bulan berikutnya yakin suci.
Keterangan :
Bagi mustahadloh dalam bersuci harus sudah masuk waktu.